PIDIE JAYA, iNews.id - Banjir bandang dan longsor yang menerjang Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, akhir November 2025 lalu, menyisakan trauma mendalam bagi para korban. Salah satu kisah paling dramatis dialami Asraf, seorang pelajar SMA yang harus bertahan hidup di atas loteng rumahnya saat banjir bandang mencapai puncak.
Sisa-sisa rumah di Desa Meunasah Lhok, Kecamatan Meureudu, kini tinggal puing. Di balik reruntuhan itu, tersimpan perjuangan Asraf melawan maut. Pada hari pertama banjir, Asraf dan keluarganya masih sempat berkemas dengan harapan air segera surut. Namun situasi berubah drastis di hari kedua, ketika air naik cepat dan berubah menjadi banjir bandang yang ganas.
Tak memiliki pilihan lain, Asraf naik ke loteng bersama adiknya yang masih duduk di bangku SMP. Sementara itu, sang ibu terjebak di bagian bawah rumah, bergelantungan di jeruji besi sambil berjuang melawan derasnya arus.
Dari atas loteng, Asraf menyaksikan langsung kayu-kayu besar menghantam rumah mereka.
“Dinding pecah, bangunan roboh, dan lumpur bercampur air menghancurkan seluruh isi rumah,” katanya, Rabu (17/12/2025).
Banjir mencapai titik terparah sekitar pukul 03.00 WIB di hari kedua. Dalam kondisi gelap gulita, Asraf tak mampu melihat apakah ada warga lain yang terseret arus.
Kondisi sang ibu semakin mengkhawatirkan. Tubuhnya terus dihantam kayu yang terbawa arus hingga kelelahan. Selama dua hari dua malam, sang ibu tak sempat makan. Bantuan baru datang pada hari ketiga dari warga sekitar yang berhasil menembus lokasi.
Asraf akhirnya bisa turun dari loteng pada sore hari kedua setelah dijemput warga dengan peralatan seadanya. Saat itu, air di ruang tamu mulai surut, meski di bagian belakang rumah masih cukup tinggi.
Malam kedua menjadi ujian terberat. Asraf dan adiknya kembali bertahan di atas loteng tanpa tidur, di tengah hujan dan gelap. Dalam kondisi lelah, adiknya sempat terjatuh dari loteng. Namun dengan sisa tenaga, ia berhasil naik kembali sendiri ke atas.
Tiga hari pascabencana, hujan masih mengguyur Desa Meunasah Lhok. Asraf dan keluarganya selamat, namun trauma akibat banjir bandang masih membekas kuat.
Kisah Asraf menjadi gambaran nyata betapa dahsyatnya banjir bandang di Pidie Jaya, sekaligus pengingat betapa rapuhnya manusia di hadapan amukan alam.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait