ACEH, iNews.id – Mengenal Cakrabirawa (Tjakrabirawa), pasukan pengamanan presiden yang setia. Mendengar namanya, selalu teringat kejadian Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G30S/PKI).
Pasukan Cakrabirawa dibentuk untuk melindungi presiden dari berbagai ancaman atau penyerangan. Lantas, bagaimana proses pembentukan pasukan ini hingga akhir masa jayanya?
Berikut Ulasan Singkat untuk Mengenal Cakrabirawa :
1. Pembentukan Cakrabirawa
Resimen ini dibentuk dalam rangka meningkatkan kemampuan pengamanan Presiden Soekarno, yang semula hanya dikawal oleh Detasemen Kawal Pribadi (DKP) di bawah pimpinan Komisaris Besar Polisi Mangil Martowidjoyo.
Tjakrabirawa diresmikan oleh Soekarno pada 6 Juli 1963 di Wina, Austria ditandai melalui Surat Keputusan Nomor 211/PLT/1962. Peresmian ini diselenggarakan melalui upacara sederhana. Soekarno menyerahkan baret merah tua dan tongkat komando kepada Sabur berpangkat Letnan Kolonel yang berencana membuat pasukan pengawal Istana Presiden.
Pasukan Tjakrabirawa merupakan gabungan dari orang-orang pilihan di matra TNI Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL), Angkatan Udara (AU) dan Kepolisian.
Soekarno memberikan nama Cjakrabirawa karena kesukaannya kepada pertunjukkan wayang. Tjakrabirawa merupakan senjata ampuh milik Batara Kresna yang dapat menumpas semua kejahatan di dalam lakon wayang purwa.
Semboyan dari pasukan Cakrabirawa, yakni “Dirgayu Satyawira” yang artinya Prajurit Setia Berumur Panjang.
2. Terlibat G30S/PKI
Pasukan Cakrabirawa tercoreng namanya karena terlibat penculikan Jenderal Pahlawan Revolusi yang dimotori oleh Letnan Kolonel Untung dan Letnan Satu Dul Arif pada masa G30S/PKI.
Sebelum penculikan, pasukan Cakrabirawa yang terlibat diberikan pengarahan di kawasan Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur. Dalam pengarahan itu disebutkan, ada kelompok Dewan Jenderal yang akan melakukan kudeta terhadap Soekarno.
Pasukan tersebut kemudian dibagi menjadi tujuh kelompok untuk menculik yang disebut Dewan Jenderal tersebut. Penculikan berlangsung hingga menjelang subuh.
Dalam penculikan itu tiga jenderal dibunuh saat dijemput paksa di rumah masing-masing dan tiga jenderal lainnya diculik hidup-hidup lalu dibunuh di kawasan Halim Perdanakusuma. Sedangkan Jenderal AH Nasution lolos yang menjadi target utama dari penculikan tersebut.
Selain enam jenderal, ajudan Jenderal AH Nasution, yakni Lettu Pierre Tendean juga menjadi korban dalam penculikan tersebut. Jenazah tujuh perwira TNI AD itu dimasukkan ke dalam sumur tua yang kini disebut Lubang Buaya.
3. Cakrabirawa Dibubarkan
Pada 28 Maret 1966, resimen Cakrabirawa dibubarkan mengacu Surat Perintah II Maret 1966 atau disebut juga dengan nama Supersemar.
Namun, pasukan tersebut dibentuk kembali oleh Soeharto yang memerintah saat itu dengan nama yang berbeda, yakni Pasukan Pengaman Presiden (Paspampres).
Hari Paspampres diperingati pada 3 Januari. Penetapan hari jadi ini diambil dari peristiwa bersejarah, yaitu Paspampres berhasil menyelamatkan Presiden Soekarno beserta wakil dan keluarganya dari Jakarta menuju Yogyakarta pada 3 Januari 1946.
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait