Aceh Masuki Masa Transisi Pertama ke Musim Kemarau, Waspada Petir dan Angin Kencang
BANDA ACEH, iNews.id - Pantauan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan wilayah Provinsi Aceh dalam masa transisi ke musim kemarau. Masyarakat diimbau untuk mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi.
Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda (SIM) Nasrol Adil di Banda Aceh mengatakan, ada tiga periode masa transisi di Aceh. Ketiga periode itu, kata dia fase pertama pada April-Mei, fase kedua Juli-Agustus dan fase ketiga pada September-Oktober.
Saat ini, lanjut dia Aceh memasuki fase pertama transisi ke musim kemarau secara klimatologi.
“Kita sekarang memasuki masa transisi ke musim kemarau, tapi bukan berarti tidak ada hujan, artinya ada kemarau basah yang meliputi Aceh,” ujar Nasrol di Banda Aceh, Rabu (3/5/2023).
Dia menjelaskan, pada masa ini umumnya berpotensi terjadi petir, puting beliung, angin kencang hingga pertumbuhan awan cumulonimbus. Namun, hanya terjadi lokasi yang sporadis atau wilayah tertentu.
“Artinya tidak semua daerah, hanya di beberapa spot yang memiliki cakupan gunung, topografi gunung berbukit, jadi potensi itu yang kita hadapi,” ucapnya.
Masyarakat diminta mewaspadai potensi beberapa bencana hidrometeorologi, terutama bagi warga berada di wilayah yang berdekatan dengan air atau wilayah sawah yang dibasahi rintik hujan, karena akan berpotensi tersambar petir.
“Jika terjadi petir di sore menjelang malam, kalau suara petir terdengar makin lama makin dekat, sudah harus menghindari daerah seperti pantai, tambak, kolam renang, sungai, lapangan rumput kalau basah. Juga pohon tinggi karena bisa terjadi perambatan petir melalui pohon kelapa,” katanya.
Selain itu, Aceh juga berpotensi terjadi Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), meskipun daerah Tanah Rencong itu sudah melewati fase kekeringan pertama yaitu pada Februari lalu.
“Biasanya Februari kita banyak (Karhutla, red). Tapi nanti fase Juli dan Agustus kita akan mendapati lagi potensi itu lagi, pada akhir Juni juga,” ucapnya.
Editor: Kurnia Illahi