Cerita Sulthanah Shafiatuddin, Putri Sultan Iskandar Muda yang Sukses Pimpin Kerajaan Aceh

BANDA ACEH, iNews.id - Aceh menjadi salah satu wilayah di Indonesia yang mencetak pejuang perempuan hebat. Mulai dari Cut Nyak Dien, Laksamana Malahayati, hingga Cut Muetia yang menjadi pahlawan di bumi Serambi Mekah.

Ternyata, masih ada satu lagi perempuan hebat di Aceh. Dia merupakan pemimpin perempuan pertama di Kerajaan Aceh Darussalam. Dia muncul jauh sebelum nama-nama pahlawan nasional besar itu muncul, sosok perempuan hebat bernama Sulthanah Shafiatuddin.

Baca Juga

KPA Seluruh Aceh Gelar Rapat, Tolak Sebutan Makar Terkait Pengibaran Bendera Aceh

Sulthanah Shafiatuddin merupakan istri dari di Kerajaan Aceh Darussalam. Pro dan kontra pun muncul saat Shafiatuddin memimpin Kerajaan Aceh Darussalam.

Ini terjadi saat Sultan Iskandar Tsani, wafat sehingga sulit untuk mencari penggantinya. Terlebih di keluarga Sultan Iskandar Tsani, tidak ada keturunan laki-laki.

Baca Juga

Prediksi Final Piala AFF 2020 Indonesia Vs Thailand, Pelatih Asal Aceh Ini Yakin Garuda Menang

Dilansir dari nu.online.id, untuk menggantikan Sultan Iskandar Tsani yang mangkat, muncul pertimbangan mengangkat sang istri, Ratu Shafiatuddin Syah sebagai Sulthanah di Kerajaan Aceh Darussalam.

Shafiatuddin merupakan anak dari Sultan Iskandar Muda. Dia merupakan putri tertua Raja yang memimpin Kerajaan Aceh Darussalam di era 1636-1641 tersebut.

Baca Juga

Polisi dan 2 Warga Aceh Utara Jadi Korban Pembacokan, Motif Pelaku Masih Diselidiki

Sultan Iskandar Muda yang wafat pada 1636 tidak mempunyai putra mahkota. Sepeninggalan Sultan Iskandar Muda, posisi kepemimpinan digantikan oleh menantunya yakni Sultan Iskandar Tsani.

Iskandar Tsani adalah putra Sultan Ahmad Syah, Sultan Pahang (kini wilayah Malaysia) yang menikah dengan Shafiatuddin Syah setelah Sultan Iskandar Muda menaklukkan Pahang pada 1617. Era Sultan Iskandar Tsani tidak lama, yaitu 1636-1641 yang juga merupakan tahun kematiannya. 

Baca Juga

Asyik Pesta Sabu, 5 ASN-Honorer dan 3 Perempuan Muda Digerebek BNNP Aceh

Situasi politik yang mendesak saat itu kemudian menempatkan Shafiatuddin sebagai pemimpin Kesultanan Aceh Darussalam berikutnya dengan gelar Paduka Sri Sultanah Ratu Safiatuddin Tajul-’Alam Syah Johan Berdaulat Zillu’llahi fi’l-’Alam binti al-Marhum Sri Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Syah.

Debat soal boleh tidaknya pemimpin perempuan dalam pemerintahan Islam ternyata sudah terjadi ketika Ratu Shafiatuddin diajukan untuk memimpin Kerajaan Aceh Darussalam. Ada sejumlah kalangan yang tidak setuju atas naik tahtanya Ratu Safiatuddin. Terjadilah beberapa kali aksi pemberontakan juga upaya pengkhianatan untuk mendongkel kepemimpinan sang ratu.

Baca Juga

Polisi Syariat Islam Sosialisasi Larangan Perayaan Tahun Baru di Aceh

Kondisi saat itu bertambah rumit karena Sulthanah Shafiatuddin juga harus menghadapi ancaman eksternal seiring menguatnya pengaruh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) setelah berhasil merebut Malaka dari Portugis pada awal tahun 1641.

Pengangkatan Shafiatuddin pemimpin Kerajaan Aceh bukan tanpa pertimbangan matang. Shafiatuddin dinilai pantas menduduki tahta kerajaan yang ditinggalkan suaminya karena dia memiliki visi cemerlang dalam menyebarkan Islam serta mengembangkan kebudayaan dan seni dalam masyarakat Islam di Aceh.

Tidak banyak yang tahu apabila pemilik nama asli Putri Sri Alam ini merupakan sultanah pertama yang memimpin kerajaan Islam Aceh Darusalam. Masa kepemimpinannya pun tidak main-main untuk sosok perempuan, yakni 31 tahun mulai dari tahun 1644-1675.

Sulthanah Safiatuddin bertahta hingga wafat pada 1675. Sepeninggal sang ratu pertama itu, Kesultanan Aceh Darussalam masih dipimpin oleh para perempuan tangguh sampai 24 tahun setelahnya, yaitu berturut-turut Sulthanah Naqi al-Din Nur al-Alam (1675-1678), Sultanah Zaqi al-Din Inayat Syah (1678-1688), sampai masa pemerintahan Sultanah Kamalat Syah Zinat al-Din (1688-1699).

Editor: Nur Ichsan Yuniarto