Deretan Kerajaan Islam di Indonesia
JAKARTA, iNews.id - Ajaran Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi. Masuknya agama Islam ke Indonesia dilakukan dengan beragam cara. Mulai dari dibawa oleh para pedagang hingga para ulama.
Berkembangnya Islam di Indonesia ditandai dengan hadirnya kerajaan-kerajaan Islam. Berikut deretan Kerajaan Islam di Indonesia:
1. Kerajaan Perlak
Kerajaan Perlak merupakan kerajaan Islam yang terletak di Aceh. Kerajaan ini berkuasa pada 840-1292 Masehi. Diketahui, Perlak adalah daerah penghasil kayu perlak, yakni kayu yang digunakan untuk bahan dasar kapal.
Perlak pun sering disinggahi kapal dari Arab, Persia, Gujarat, Malaka, hingga China. Melalui pedagang dari kapal yang singgah, masyarakat Islam berkembang karena adanya perkawinan antara saudagar Muslim dengan masyarakat setempat. Kerajaan Perlak didirikan oleh Sultan Alaidin Sayid Maulana Abdul Aziz Syah.
Kejayaan Kerajaan Perlak berada pada pemerintahan Sultan Makhdum Alaiddin Malik Muhammad Amin II periode 1230-1267 Masehi. Di masa pemerintahannya, Kerajaan Perlak mengalami kemajuan, seperti perluasan dakwah dan bidang pendidikan Islam.
2. Kerajaan Ternate
Kerajaan Ternate merupakan kerajaan Islam di Maluku. Saat didirikan oleh Mashur Malamo pada 1257 Masehi, kerajaan ini dulunya bernama Kerajaan Gapi dan belum bercorak Islam. Islam mulai masuk ke Ternate abad ke-14. Islam di Ternate dibawa dan disebarkan oleh ulama Melayu Jawa.
Namun ada juga yang mengatakan, pedagang Arab yang pertama kali mengenalkan Islam di wilayah Maluku. Setelah menjadi Kerajaan Islam, gelar raja diganti dengan sultan. Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah pada 1570-1583 Masehi.
Sultan Baabullah berhasil memperluas wilayah kekuasaan kerajaan hingga melakukan perlawanan terhadap Portugis. Kerajaan Ternate mengalami kemunduran setelah meninggalnya Sultan Baabullah pada 1583 Masehi.
3. Kerajaan Samudera Pasai

Kerajaan Samudera Pasai adalah Kerajaan Islam yang terletak di Aceh. Kerajaan ini didirikan oleh Meurah Silu pada 1267 Masehi. Usai masuk Islam, Meurah Silu berganti nama menjadi Malik Al Saleh.
Kerajaan Samudera Pasai mencapai puncak kejayaan pada pemerintahan Sultan Mahmud Malik Az Zahir atau Sultan Malik Al Tahir II periode 1326-1345 Masehi. Saat itu, Kerajaan Samudera Pasai berkembang menjadi pusat perdagangan internasional.
Tak hanya itu, pada masa kejayaannya, Kerajaan Samudera Pasai mengeluarkan mata uang emas yang disebut dirham. Uang tersebut digunakan secara resmi di kerajaan. Kerajaan Samudera Pasai juga menjadi pusat perkembangan agama Islam. Bukti arkeologis Kerajaan Samudera Pasai ditemukan di makam-makam Raja Pasai di Kampung Gedong, Aceh Utara.
4. Kerajaan Gowa-Tallo
Kerajaan Gowa-Tallo merupakan kerajaan Islam di Sulawesi Selatan. Pada abad ke-15, kerajaan dibagi menjadi dua, yakni Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo. Pada masa kepemimpinan Raja Daeng Matanre Karaeng Tumapa’risi Kallona, Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo bersatu.
Sejak saat itu, kerajaan disebut sebagai Kerajaan Gowa-Tallo atau Kerajaan Makassar. Kerajaan Gowa-Tallo memasuki masa Islam pada akhir abad ke-16 dan berubah menjadi kesultanan. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin yang dijuluki Ayam Jantan dari Timur.
Di bawah kekuasaan Sultan Hasanuddin, kerajaan menjadi pusat perdagangan. Kerajaan Gowa-Tallo memproklamirkan sebagai kerajaan maritim yang mempunyai armada perang yang tangguh serta kerajaan terkuat di wilayah Indonesia Timur. Perang yang terjadi antara Kerajaan Gowa-Tallo dan VOC mengakibatkan kerugian di kedua belah pihak. Pada 1 Juni 1969, Sultan Hasanuddin bersumpah tidak mau kerja sama dengan Belanda dan meletakkan jabatannya sebagai Raja Gowa ke-16.
5. Kerajaan Cirebon
Kerajaan Cirebon merupakan kerajaan Islam di Jawa Barat. Kerajaan ini berdiri pada abad ke-15 Masehi. Kerajaan Cirebon pernah menjadi pangkalan penting dalam jalur perdagangan serta pelayaran. Hal ini lantaran Cirebon berada di pantai utara Jawa yang berbatasan dengan Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Pendiri Kerajaan Cirebon adalah Raden Walangsungsang. Raden Walangsungsang aktif menyebarkan agama Islam kepada warga Cirebon. Puncak kejayaan Kerajaan Cirebon ada pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati pada periode 1479-1568 Masehi.
Di masa kepemimpinannya, Kerajaan Cirebon mengalami perkembangan di bidang agama, ekonomi, hingga politik. Keruntuhan Kerajaan Cirebon terjadi pada pemerintahan Panembahan Ratu II atau Pangeran Rasmi, yang dimulai pada 1666. Peninggalan Kerajaan Cirebon meliputi Keraton Kasepuhan, Keraton Kanoman, hingga Masjid Agung Cirebon.

Kerajaan Demak adalah Kerajaan Islam di Jawa. Kerajaan yang berdiri pada abad ke-15 ini didirikan oleh Raden Patah. Raden Patah adalah anak dari Prabu Brawijaya, raja terakhir Kerajaan Majapahit. Mulanya, Demak adalah wilayah kadipaten yang tunduk pada kekuasaan Kerajaan Majapahit.
Raden Patah mendirikan Kerajaan Demak menjadi pusat perdagangan serta penyebaran Islam dengan bantuan dari Wali Sanga. Puncak kejayaan Kerajaan Demak ada pada pemerintahan Sultan Trenggono periode 1521-1546 Masehi. Pada kepemimpinan Sultan Trenggono, Demak menjadi pusat penyebaran Islam, sampai ke Jawa bagian timur serta barat.

Kerajaan Aceh merupakan Kerajaan Islam di Aceh. Kerajaan ini didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada 1496 Masehi. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Kerajaan Aceh mencapai puncak kejayaannya.
Di bawah kepemimpinannya, Aceh dapat menaklukkan Pahang, sumber timah utama serta melakukan penyerangan Portugis di Malaka. Kejayaan Aceh juga tidak terlepas dari letak kerajaan yang strategis, karena mana berada di jalur pelayaran serta perdagangan internasional.
Saat itu, pengaruh agama dan kebudayaan Islam sangat besar dalam kehidupan warga Aceh, hingga akhirnya wilayah itu mendapat julukan Serambi Mekkah. Setelah sepeninggalan Iskandar Muda, penggantinya kurang mampu mempertahankan kebesaran kerajaan.
Selain tujuh Kerajaan Islam di atas, masih terdapat Kerajaan Islam di Indonesia seperti Kerajaan Banjar, Kerajaan Banten, Kerajaan Pajang, Kerajaan Mataram Islam, Kerajaan Bima, Kerajaan Deli, hingga Kerajaan Siak.
Editor: Nur Ichsan Yuniarto