Peringatan 21 Tahun Tsunami Aceh, Ribuan Warga Ziarah ke Kuburan Massal Doakan Para Syuhada
BANDA ACEH, iNews.id – Peringatan 21 tahun tsunami yang meluluhlantakkan Aceh berlangsung khidmat dan haru. Ribuan warga dengan khusyuk memanjatkan doa di kuburan massal Desa Ulee Lheue, Kecamatan Meuraxa, Kota Banda Aceh, Jumat (25/12/2025).
Lokasi ini menjadi tujuan utama bagi mereka yang ingin memanjatkan doa serta membaca surat Yasin bagi keluarga dan kerabat yang telah tiada.
Suasana haru tak terelakkan. Isak tangis pecah di tengah kerumunan warga yang larut dalam doa. Banyak di antara peziarah adalah mereka yang hingga kini belum pernah menemukan jasad anggota keluarganya, sehingga kuburan massal ini menjadi simbol kehadiran terakhir orang-orang tercinta.
Dua Lubang Besar untuk 14 Ribu Jiwa Kuburan Massal Ulee Lheue merupakan salah satu saksi bisu kedahsyatan tsunami 2004. Tercatat, lebih dari 14.000 jiwa dimakamkan di lokasi ini. Jenazah-jenazah tersebut dikuburkan dalam dua lubang besar karena saat dievakuasi, kondisi jasad sudah sulit diidentifikasi akibat terjangan gelombang yang dahsyat.
Erwin, salah satu keluarga korban yang hadir, mengungkapkan, ziarah ini adalah bentuk bakti dan cara untuk terus terhubung dengan keluarganya yang hilang dalam musibah tersebut.
"Ziarah ini sengaja kami lakukan untuk mendoakan keluarga dan kerabat. Meski jasadnya tidak pernah kami temukan, doa-doa ini kami tujukan agar mereka tenang di sana," tuturnya.
Suasana khidmat dan penuh haru juga menyelimuti Desa Suak Indrapuri, Kabupaten Aceh Barat, Jumat (26/12/2025). Pemerintah Kabupaten Aceh Barat bersama ribuan warga berkumpul untuk memperingati 21 tahun tragedi gempa dan tsunami dengan menggelar doa, zikir bersama, serta ziarah ke makam massal.
Makam massal di Suak Indrapuri ini menjadi tempat peristirahatan terakhir bagi lebih dari 132 ribu jiwa korban yang gugur dalam bencana dahsyat pada 26 Desember 2004 silam. Sambil menaburkan bunga, para keluarga korban tampak larut dalam doa dan pembacaan Surat Yasin.
Isak tangis tak kuasa dibendung oleh para keluarga korban yang hadir. Meski telah berlalu lebih dari dua dekade, kenangan pedih saat kehilangan anak, orang tua, dan sanak saudara yang tersapu gelombang tsunami masih terekam jelas di benak mereka.
Pj Bupati Aceh Barat, Tarmizi, menyampaikan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum refleksi dan ikhtiar untuk meningkatkan keimanan.
"Bencana gempa dan tsunami yang terjadi 21 tahun silam menjadi salah satu bentuk ikhtiar dan refleksi bagi kita semua. Diharapkan dengan musibah ini dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT," ujar Tarmizi.
Selain melakukan ziarah, peringatan tahun ini juga diisi dengan tausiah agama dan penyantunan anak yatim. Menariknya, dalam momen zikir tersebut, warga tidak hanya mendoakan para korban tsunami, tetapi juga memanjatkan doa bagi para korban bencana banjir bandang yang saat ini tengah melanda beberapa wilayah di Indonesia.
Pemerintah setempat berharap momentum ini dapat terus mengedukasi masyarakat agar selalu waspada terhadap potensi bencana alam. Mengingat Aceh merupakan daerah rawan gempa, kesiapsiagaan masyarakat menjadi kunci utama dalam meminimalisir dampak musibah di masa depan.
Melalui peringatan 21 tahun ini, masyarakat diajak untuk terus menjaga solidaritas dan menjadikan masa lalu sebagai pelajaran berharga dalam membangun Aceh yang lebih tangguh dan waspada bencana.
Editor: Kastolani Marzuki