Pilu! Penampakan Puluhan Motor-Mobil Terkubur Lumpur usai Banjir Surut di Pidie Jaya Aceh
PIDIE JAYA, iNews.id - Banjir bandang dan longsor di sejumlah wilayah di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, mulai berangsur surut sejak Sabtu (29/11/2025). Namun endapan lumpur setinggi hampir 2 meter yang masuk ke rumah-rumah hingga mengubur kendaraan menyisakan pekerjaan berat bagi warga.
Penampakan puluhan motor dan mobil terkubur lumpur ini menggambarkan betapa parahnya dampak banjir bandang dan longsor yang melanda kawasan tersebut. Setelah air surut, deretan kendaraan yang tenggelam dalam lumpur menjadi pemandangan memilukan di tengah permukiman warga.
“Kondisi pascabanjir motor dan mobil terkubur lumpur di Pidie Jaya, Aceh,” tulis akun Threads @jkt.fyp dikutip Senin (1/12/2025).
Unggahan itu memperlihatkan suasana pascabanjir yang masih kacau, dengan jalan dan pekarangan rumah berubah menjadi lautan lumpur. Puluhan motor hanya terlihat kaca spion, begitupun dengan mobil yang hanya terlihat bagian kap kendaraan.
Bencana alam tersebut meninggalkan luka mendalam bagi masyarakat yang terdampak. Salah seorang warga, Syarifah, mengaku tidak ada lagi harta benda yang tersisa akibat terjangan banjir dan longsor.
“Tidak ada lagi apa-apa, hanya tinggal baju di badan,” kata Syarifah.
Meski kehilangan hampir seluruh harta benda, semangat warga untuk bangkit masih tampak dari upaya mereka membersihkan desa secara bergotong-royong. Dampak bencana ini cukup dirasakan Simpang Tiga Meureudu sangat membutuhkan bantuan, terutama makanan, perlengkapan anak seperti pampers, serta tambahan alat berat untuk mempercepat proses pembersihan.
Bahkan, lima hari pascabanjir bandang dan longsor, kondisi warga di beberapa titik terdampak di Pidie Jaya masih memprihatinkan. Di Desa Meunasah Bie, Kecamatan Meurah Dua, sejumlah korban banjir mengaku masih menggunakan pakaian kotor bekas terjangan banjir karena tidak memiliki ganti.
Mereka juga belum bisa mandi dengan air bersih selama berhari-hari. Warga menyebut, rumah-rumah mereka tertimbun material lumpur banjir sehingga tidak bisa kembali masuk untuk mengambil pakaian ataupun barang kebutuhan lain.
Sebagian korban mulai mengutip pakaian bekas yang hanyut terbawa banjir dan tersangkut di pagar rumah maupun tumpukan kayu. Pakaian-pakaian itu kemudian dicuci menggunakan air bekas genangan banjir yang masih bercampur lumpur karena keterbatasan akses air bersih.
Dalam kondisi serba terbatas, korban banjir hanya dapat bertahan dengan apa yang tersisa. Mereka menyebut seluruh harta benda tak sempat diselamatkan, sehingga hanya pakaian di tubuh yang masih bisa digunakan hingga kini.
Seperti disampaikan warga Meunasah Bie, Fitri Yanti, saat banjir bandang datang dia bersama keluarganya hanya sempat menyelamatkan diri ke rumah lantai dua milik warga lain yang tidak jauh dari rumahnya. Rumahnya sendiri kini tertimbun lumpur tebal sekitar 2 hingga 4 meter sehingga sulit diakses.
Hal serupa dialami korban lain bernama Nazarina yang mengaku sudah 5 hari tidak mandi karena tidak adanya air bersih dan pakaian layak pakai. Rumah dia juga ikut tertimbun lumpur bekas banjir, dan kini dia hanya bisa pasrah sambil menunggu bantuan dermawan berupa pakaian, air minum dan makanan.
Selain keterbatasan kebutuhan dasar, akses jalan menuju desa mereka masih tertimbun lumpur tebal. Kondisi ini membuat kendaraan roda dua maupun roda empat tidak bisa masuk, sehingga distribusi bantuan menjadi terhambat.
Editor: Donald Karouw