Adapun OMC di Sumatera Barat yang dipusatkan di Posko Bandara Internasional Minangkabau telah melakukan 5 sorti penerbangan. Operasi ini menggunakan pesawat Cessna Caravan PK-DPI dan PK-SNK dengan total bahan semai 4.400 kg NaCl untuk menekan potensi hujan lebat di wilayah terdampak bencana.
Lebih lanjut, OMC dijalankan secara intensif untuk mengurangi potensi curah hujan tinggi di wilayah-wilayah terdampak bencana hidrometeorologi. Tujuannya agar proses evakuasi warga, distribusi bantuan, dan berbagai upaya percepatan penanganan di lapangan dapat berlangsung lebih lancar dan efektif.
Demi memastikan seluruh rangkaian OMC berjalan baik, Faisal akan memeriksa langsung kesiapan tim, peralatan, pesawat, serta koordinasi lintas instansi yang terlibat. Ia juga memastikan seluruh sumber daya unit pelaksana teknis (UPT) BMKG di wilayah terdampak mampu menjalankan tugas di tengah situasi cuaca yang masih berpotensi ekstrem.
“Dengan prinsip 'awas, siaga, selamat', kami berharap pemerintah daerah dan masyarakat dapat mengelola peringatan dini BMKG dengan baik. Jadi, early warning mengarahkan early action untuk menuju zero victim,” katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Modifikasi Cuaca BMKG, Tri Handoko Seto menegaskan bahwa pelaksanaan OMC selalu mempertimbangkan analisis meteorologi yang berlaku di wilayah operasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan upaya modifikasi cuaca mampu memberikan dampak optimal di kawasan terdampak bencana.
“Strategi penyemaian dilakukan dengan mengintervensi awan-awan yang membawa air hujan sebelum masuk ke area terdampak bencana, tepatnya di perairan sebelah Barat dan Utara dari Provinsi Sumatera Utara,” kata Seto.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait