JAKARTA, iNews.id - Apakah sholat Idul Fitri bisa diqadha? Merupakan pertanyaan yang sering muncul ketika umat Islam akan memasuki hari raya Idul Fitri.
Melaksanakan Sholat Idul Fitri sangat dianjurkan untuk dilaksanakan sebagaimana kebanyakan ulamanya menilai hukumnya sunnah muakkad.
Lantas apakah ada qadha untuk shalat sunah yang dibatasi waktu (an-Nawafil al-Muaqqatah), seperti shalat id, witir atau rawatib?
Ada 2 pendapat ulama dalam masalah ini. Pendapat syafiiyah menyatakan, dianjurkan untuk qadha.
An-Nawawi mengatakan,
ذكرنا أن الصحيح عندنا استحباب قضاء النوافل الراتبة وبه قال محمد والمزني وأحمد في رواية، وقال أبو حنيفة ومالك وأبو يوسف في أشهر الروايتين عنهم: لا يقضى.
Telah kami sebutkan bahwa pendapat yang kuat menurut madzhab kami (syafiiyah), dianjurkan melakukan qadha untuk shalat sunah rawatib. Ini merupakan pendapat Muhammad bin Hasan, al-Muzani, dan Imam Ahmad dalam salah satu riwayat. Sementara Imam Abu Hanifah, Imam Malik, dan Abu Yusuf menurut riwayat yang masyhur dari mereka, tidak disyariatkan qadha. (al-Majmu’, 4/43).
Diantara dalil adanya anjuran ini adalah hadis dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ نَامَ عَنِ الْوِتْرِ أَوْ نَسِيَهُ فَلْيُصَلِّ إِذَا أَصْبَحَ أَوْ ذَكَرَهُ
Siapa yang ketiduran atau kelupaan sehingga tidak witir, hendaknya dia mengerjakannya setelah masuk subuh atau ketika ingat. (HR. Turmudzi 467, Ahmad 11264 dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth)
Apakah sholat Idul Fitri bisa diqadha?
Terdapat beberapa riwayat bahwa sahabat dan tabiin melakukan qadha shalat id.
Imam Bukhari menyebutkan beberapa riwayat mengenai qadha shalat id secara muallaq dalam kitab shahihnya,
وَأَمَرَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ مَوْلاَهُمُ ابْنَ أَبِى عُتْبَةَ بِالزَّاوِيَةِ ، فَجَمَعَ أَهْلَهُ وَبَنِيهِ ، وَصَلَّى كَصَلاَةِ أَهْلِ الْمِصْرِ وَتَكْبِيرِهِمْ . وَقَالَ عِكْرِمَةُ أَهْلُ السَّوَادِ يَجْتَمِعُونَ فِى الْعِيدِ يُصَلُّونَ رَكْعَتَيْنِ كَمَا يَصْنَعُ الإِمَامُ . وَقَالَ عَطَاءٌ إِذَا فَاتَهُ الْعِيدُ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ
Anas bin Malik menyuruh mantan budaknya, Ibnu Abi Uthbah yang tinggal di Zawiyah untuk menjadi imam. Beliau kumpulkan istri dan anak-anaknya, lalu mereka shalat seperti shalat yang ada di lapangan dengan jumlah takbir yang sama.
Ikrimah mengatakan, Penduduk as-Sawad mereka melaksanakan shalat id dua rakaat seperti yang dilakukan imam. Atha mengatakan, “Siapa yang ketinggalan, tidak shalat id, hendaknya shalat 2 rakaat.” (Shahih Bukhari, 4/154).
Tata Cara Mengqadha Sholat Id
Tata caranya sama seperti shalat id, 2 rakaat dengan takbir tambahan 7 takbir di rakaat pertama dan 5 takbir di rakaat kedua.
Editor : Komaruddin Bagja