Hendra menjelaskan, perubahan perjalanan wisatawan dari pariwisata massal (mass tourism) ke pariwisata alternatif (alternative tourism) harus dijadikan batu pijakan untuk menyiapkan hingga mengembangkan potensi desa wisata.
Pengembangan tersebut harus sesuai dengan kearifan lokal setempat, tanpa meninggalkan budaya serta keseniannya. Menurutnya, sudah banyak contoh di Indonesia, kegiatan desa wisata bisa maju dengan menampilkan kearifan lokalnya.
“Kolaborasi dan inovasi jadi kunci untuk pengembangan desa wisata. Tentunya dengan menjunjung nilai-nilai budaya, seperti tagline kita ‘Lestarikan Budaya, Majukan Pariwisata’,” katanya.
Dalam kesempatan itu, seorang wisatawan Amerika Serikat, Peter mengaku baru pertama kali berkunjung ke Sabang dan mendapat sambutan yang hangat dari warga setempat.
"Saya baru pertama kali ke sini. Ini cukup menarik. Anda lihat saya tadi seperti kesulitan untuk bermain (engkrang) itu, tetapi saya suka,” kata Peter.
Selain permainan engkrang, banyak permainan tradisional lain seperti tarik tambang, layang klueng dan lainnya.
Editor : Reza Yunanto
Artikel Terkait