BANDA ACEH, iNews.id - Masyarakat di Provinsi Aceh mengalami permasalahan malnutrisi ganda yakni kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Hal ini dikatakan Ketua Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Provinsi Aceh, Junaidi.
"Persoalan kekurangan gizi tersebut karena minimnya energi dan protein, zat besi (anemia), vitamin A, dan yodium. Sedangkan kelebihan gizi menjadikan tubuh kegemukan dan obesitas," kata Junaidi, Senin (25/10/2021).
Dia menambahkan, berdasarkan data terakhir Riskesdas Kemenkes 2018, malnutrisi balita mulai dari lahir sampai berusia 59 bulan di Aceh yakni anak kurang gizi 23,5 persen, balita kurus 11,9 persen.
"Balita kondisi pendek atau stunting ada 37 persen, dan anak kelebihan gizi 3,01 persen," katanya.
Sayangnya, kata Junaidi, selama ini yang fokus diintervensi adalah kasus stunting.
Junaidi menjelaskan, permasalahan jangka pendek dari kekurangan gizi tersebut berdampak pada kesehatan, mortalitas, morbiditas, perkembangan kognitif, motorik dan verbal, ekonomi, biaya kesehatan, kesempatan hilang karena menjaga anak sakit.
"Permasalahan jangka panjangnya adalah kesehatan, saat dewasa obesitas kesehatan reproduksi, perkembangan, kinerja sekolah, kapasitas belajar, pencapaian potensi tidak maksimal, ekonomi, serta kemampuan dan produktivitas kerja," paparnya.
Jika kelebihan gizi memiliki dampak penyakit tidak menular, diabetes melitus, hipertensi, jantung, arsteroklerosis. Dalam kesempatan ini, Junaidi menyampaikan bahwa penyebab gizi buruk dan stunting itu karena rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi.
"Pola asuh yang kurang baik, terutama pada perilaku dan praktek pemberian makan bayi dan anak, rendahnya akses terhadap pelayanan kesehatan termasuk sanitasi dan air bersih," kata dia.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait