Dia mengajak masyarakat untuk memperhatikan hari tanpa bayangan sebagai ilmu menghitung waktu dzuhur. Sebab saat matahari sedang berada di posisi lintang yang sama dengan pengamatan, artinya berada tepat di atas kepala.
Fenomena itu, kata Firdaus, dapat dimanfaatkan untuk menghitung waktu shalat dzuhur, dengan menambahkan 2-4 menit waktu ikhtiyat pada waktu kulminasi.
"Salat dzuhur dilaksanakan setelah tergelincirnya matahari dari titik zenith. Pada hari tanpa bayangan ini, kita dapat memanfaatkan event langit ini untuk kalibrasi waktu shalat di tempat masing-masing," katanya.
Editor : Andi Mohammad Ikhbal
Artikel Terkait