"Posisi istri pada saat itu kelihatan, tapi dia kejepit. Nggak bisa ditolong. Saya hanya bisa membacakan doa di telinganya,” kata Hamzah, yang tak bisa berbuat apa-apa karena tak ada alat berat untuk bisa mengangkat beton yang mengimpit istrinya.
Hamzah pun harus merelakan istrinya mengembuskan nafas terakhir dalam impitan beton. Kemudian, sayup-sayup terdengar suara anak pertamanya, Bintang, meminta tolong. “Pak, tolong Bintang.”
Hamzah dan sejumlah prajurit memakai tangan kosong sekuat tenaga mengangkat beton. Mereka hanya bisa mengangkat sedikit, tapi akhirnya bisa mengeluarkan Bintang. Anak itu selamat meski sekujur tubuhnya mengalami luka terkoyak besi dan bongkahan beton.
Amanda, anak kedua Hamzah, juga selamat karena benturan keras beton membuat dinding rumah di sisi lain terjatuh ke luar. Jadi, Amanda bisa ditolong. Dia juga mengalami luka lecet di beberapa bagian tubuh tanpa ada patah tulang.
Jasad Lelawani, istri Hamzah, baru bisa dievakuasi keesokan paginya setelah alat berat didatangkan ke lokasi. Hamzah hanya bisa pasrah.
Hamzah sebenarnya sudah diminta untuk istrirahat oleh komandannya untuk menenangkan diri. Namun, Hamzah tak bisa bersedih terlalu larut.
Tiga hari berselang, Hamzah tetap minta ditugaskan lagi untuk membantu mengevakuasi korban terdampak bencana atau sekadar untuk mengawal penyaluran bantuan. “Saya punya tanggung jawab. Walaupun tanggung jawab itu tidak diberikan sepenuhnya sama pimpinan,” katanya.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait