4. Pocut Meurah Intan
Pocut Meurah Intan merupakan putri keturunan keluarga bangsawan dari kalangan kesultanan Aceh. Ayahnya bernama Keujruen Biheue. Pocut Meurah merupakan nama panggilan khusus bagi perempuan keturunan keluarga sultan Aceh. Ia juga biasa dipanggil dengan nama tempat kelahirannya. Biheue merupakan sebuah kenegerian atau ke-uleebalangan yang pada masa jaya Kesultanan Aceh berada di bawah Wilayah Sagi XXII Mukim, Aceh Besar. Setelah krisis politik pada akhir abad ke-19, kenegerian itu menjadi bagian wilayah XXII mukim yaitu Pidie, Batee, Padang Tiji, Kale dan Laweung.
Dalam catatan Belanda, Pocut Meurah Intan termasuk tokoh dari kalangan kesultanan Aceh yang paling anti terhadap Belanda. Hal ini disebutkan dalam laporan kolonial "Kolonial Verslag tahun 1905", bahwa hingga awal tahun 1904, satu-satunya tokoh dari kalangan kesultanan Aceh yang belum menyerah serta tetap bersikap anti terhadap Belanda yakni Pocut Meurah Intan.
Semangat yang teguh anti Belanda itulah yang kemudian diwariskannya pada putera-puteranya sehingga mereka pun ikut terlibat dalam kancah peperangan bersama-sama ibunya dan pejuang-pejuang Aceh lainnya. Semangat yang tak kenal padam itu membuat Belanda menjulukinya ‘Heldhaftig’ yang artinya ‘yang gagah berani’.
Editor : Nani Suherni
Artikel Terkait