Mereka juga belum bisa mandi dengan air bersih selama berhari-hari. Warga menyebut, rumah-rumah mereka tertimbun material lumpur banjir sehingga tidak bisa kembali masuk untuk mengambil pakaian ataupun barang kebutuhan lain.
Sebagian korban mulai mengutip pakaian bekas yang hanyut terbawa banjir dan tersangkut di pagar rumah maupun tumpukan kayu. Pakaian-pakaian itu kemudian dicuci menggunakan air bekas genangan banjir yang masih bercampur lumpur karena keterbatasan akses air bersih.
Dalam kondisi serba terbatas, korban banjir hanya dapat bertahan dengan apa yang tersisa. Mereka menyebut seluruh harta benda tak sempat diselamatkan, sehingga hanya pakaian di tubuh yang masih bisa digunakan hingga kini.
Seperti disampaikan warga Meunasah Bie, Fitri Yanti, saat banjir bandang datang dia bersama keluarganya hanya sempat menyelamatkan diri ke rumah lantai dua milik warga lain yang tidak jauh dari rumahnya. Rumahnya sendiri kini tertimbun lumpur tebal sekitar 2 hingga 4 meter sehingga sulit diakses.
Hal serupa dialami korban lain bernama Nazarina yang mengaku sudah 5 hari tidak mandi karena tidak adanya air bersih dan pakaian layak pakai. Rumah dia juga ikut tertimbun lumpur bekas banjir, dan kini dia hanya bisa pasrah sambil menunggu bantuan dermawan berupa pakaian, air minum dan makanan.
Selain keterbatasan kebutuhan dasar, akses jalan menuju desa mereka masih tertimbun lumpur tebal. Kondisi ini membuat kendaraan roda dua maupun roda empat tidak bisa masuk, sehingga distribusi bantuan menjadi terhambat.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait