"Itu hanya aksi spontanitas saja, warga tidak sedang berunjuk rasa tapi ingin menyampaikan pesan dari lokasi tanggul melalui poster kepada khalayak ramai," kata dia
Adi Syahputra warga Desa Balai, Kecamatan Bendahara juga mengeluhkan kondisi tanggul jebol. Pasalnya selain masuk ke permukiman banjir juga merusak lahan pertanian masyarakat. Bahkan dampak tanggul jebol di Marlempang berimbas luas kesejumlah desa lainnya.
"Kami sebagai warga hilir yang sangat merasakan dampak banjir luapan sungai minta kepada pemerintah lebih serius menyelesaikan permasalahan tanggul jebol ini," kata Adi.
"Jangan cuma menyalurkan bantuan sembako, karena kami butuh tanggul bukan mie instan," lanjut Adi.
Awalnya, kerusakan tanggul hanya selebar lima meter. Diameter tanggul jebol makin lebar usai bencana banjir di awal tahun 2022.
Bahkan bencana banjir besar kembali terulang di bulan November 2022 membuat badan tanggul tanah tersebut makin kritis.
"Kondisi sekarang makin parah, bentangan tanggul jebol sudah setengah dari lebar sungai Aceh Tamiang," kata dia.
Lebih lanjut tokoh pemuda Desa Marlempang ini sangat menyayangkan hingga saat ini tidak ada bukti konkret dari pemdan dan pemprov Aceh untuk perbaikan tanggul tersebut.
"Janji untuk perbaikan pun tidak pernah kami dengar dari pemerintah. Yang ada kami lihat tanggul ini cuma dijadikan lokasi foto-foto oleh orang dinas dan pejabat pasca banjir," tutupnya.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Follow Berita iNewsAceh di Google News