7 Pertempuran Laut Mematikan, Nomor 4 Adu Tembakan Meriam Selama 6 Jam

6. Sayap Udara Permesta Patah pada18 Mei 1958
Pada 18 Mei 1958 satuan tugas amfibi ALRI yang tergabung dalam Amphibious Task Group (ATG)-21 akan mendaratkan pasukan ke pertahanan Permesta di Morotai, tiba-tiba diserang AUREV. Pasukan ALRI saat itu diserang pesawat pembom B-26 AUREV di perairan Ambon.
Komandan ATG-21 Letkol KKO H.H.W. Hunholz kemudian memerintahkan semua kapal untuk melakukan antiserangan udara dengan menempatkan lima kapal penyapu ranjau.
Kelima kapal ini bertugas sebagai unsur tabir membentuk formasi melindungi dua kapal angkut pasukan, yaitu RI Sawega dan RI Baumesepe yang menjadi target pesawat pembom B-26 AUREV.
Manuver ini berhasil mematahkan serangan udara musuh. Bom yang dilepaskan pesawat B-26 AUREV meleset 200 meter dari RI Sawega. Seluruh unsur ATG-21 lalu melepaskan tembakan dari semua meriam dan senapan mesin antiserangan udara ke arah pesawat pembom B-26 AUREV.
Serangan ini berhasil mengenai pesawat pembom yang dipiloti oleh Allan L. Pope itu hingga terbakar lalu jatuh di perairan Tanjung Alang. Pertempuran laut udara tersebut berhasil mengakhiri dominasi kekuatan udara Permesta di wilayah Indonesia Timur.
7. Pertempuran Laut Aru 15 Januari 1962
Salah satu fase awal Operasi Trikora, yaitu infiltrasi. Untuk mendukung pelaksanaan misi infiltrasi ke Irian Barat, ALRI membentuk Satuan Tugas Chusus 9 (STC-9) yang terdiri atas empat kapal perang jenis Motor Torpedo Boat (MTB) kelas Jaguar.
Keempat MTB tersebut, RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, RI Harimau dan RI Singa. Pada 15 Januari 1962 STC-9 berlayar di perairan laut Arafuru untuk mendaratkan pasukan Angkatan Darat ke pantai Kaimana Irian Barat.
Awalnya, STC-9 terdiri atas empat MTB. Dalam perjalanan hanya tiga kapal yang mampu beroperasi. Sedangkan satu MTB, yaitu RI Singa mengalami kerusakan mesin sehingga tidak dapat melanjutkan misi.
Saat mendekati pantai pendaratan, ketiga MTB ALRI terdeteksi oleh Aangkatan Laut Belanda kemudian mengerahkan destroyer Hr. Ms. Kortenaer, Hr. Ms, Utrecht, fregat Hr. Ms. Evertsen dan pesawat patroli maritim Neptune.
RI Harimau, RI Macan Kumbang dan RI Macan Tutul lalu diperintahkan mengarah sesuai rencana operasi jika terdeteksi musuh. Saat bermanuver, MTB-MTB ALRI diberondong tembakan dari laut dan udara oleh musuh.
Komodor Yos Sudarso yang berada di RI Macan Tutul lalu memerintahkan kapal untuk maju mengadang kapal-kapal Belanda, sebagai pengalih perhatian. Upaya ini berhasil, tembakan kapal perang Belanda hanya tertuju pada RI Macan Tutul.
Tembakan meriam kapal Belanda mengenai anjungan kapal RI Macan Tutul hingga tenggelam dan Komodor Yos Sudarso gugur dalam Pertempuran Laut Aru tersebut.
Pertempuran mematikan ini kemudian dijadikan momentum untuk memperingati pertempuran-pertempuran laut yang pernah dihadapi oleh para prajurit TNI AL dan ditetapkan sebagai Hari Dharma Samudera sejak 15 Januari 1963 berdasarkan keputusan Menteri/ KSAL Nomor Kep M/KSAL 5060.1. Heroisme dan keberanian para pahlawan samudera telah diabadikan dalam berbagai wahana kesejarahan untuk menginspirasi generasi penerus bangsa agar selalu menjaga harga diri sebagai bangsa, mempertahankan NKRI dan mewujudkan Jalesveva Jayamahe
Editor: Kurnia Illahi